News
Jumat, 11 Mei 2018 - 10:30 WIB

Ada Bayi, Alasan Polisi Tak Langsung Serbu Rutan Mako Brimob

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Solopos.com, DEPOK</strong>&nbsp;– Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengungkapkan sejumlah fakta yang menjadi tantangan bagi tim Polri untuk melakukan tindakan terhadap para tahanan dan narapidana terorisme yang terlibat kerusuhan di Rutan Salemba cabang Mako Brimob Kelapa Dua, Depok. Hal itu pula yang membuat Polri memilih opsi memberikan peringatan terlebih dahulu sebelum penyerbuan.</p><p>"Kami menyesalkan ada peristiwa kekerasan terhadap anggota Densus 88 yang mengakibatkan 5 anggota gugur, 1 sempat disandera. Namun dalam peristiwa itu sempat terjadi perlawanan petugas sehingga akhirnya ada 1 teroris yang tertembak, tewas, dan 1 lagi terluka," kata Tito beberapa saat setelah pulang dari Yordania, Kamis (10/5/2018), yang disiarkan oleh <em>Metro TV</em>.</p><p>Meski berada di luar negeri saat kerusuhan terjadi, Tito selalu mendapatkan laporan dan memberikan instruksi untuk operasi penanggulangan. Instruksi pertama adalah pengepungan terhadap blok rutan yang dikuasai para napi sebanyak 155 orang. Namun, selain 1 sandera, ada juga 1 bayi di dalam.</p><p>"Saat itu, mereka merampas beberapa senjata dan saya memberikan instrulsi dan melakikan perimeter, pengepungan. Saya tanya di dalam ada 155 orang dan 1 bayi ada di sana, di dalam, ada anggota disandera yang masih hidup. Jumlah anggota yang mengepung 800 orang," ungkap Tito.</p><p>Saat melaporkan perkembangan kasus itu ke Presiden Jokowi, Kapolri mendapatkan instruksi agar Polri tidak boleh kalah dari teroris dan diberi wewenang melakukan tindakan yang diperlukan. Mengingat adanya sandera, muncul dua opsi penindakan. "Langsung masuk, atau memberikan warning dulu hingga beberapa waktu."</p><p>Pertimbangan lain, kata Tito, adalah kondisi para tahanan dan napi teroris yang rupanya tak satu suara. "Di dalam kelompok ini, ada pro dan kontra, ada yang mendukung kekerasan, ada yang tidak ingin. Ini yang jadi opsi kita, ada yang tidak ingin kekerasan. Saya sampaikan ke presiden bahwa ada situasi seperti itu dan kami berikan warning."</p><p>Kapolri mengatakan harus ada tindakan yang dilakukan, namun karena melihat ada ada pro dan kontra di dalam kelompok napi, polisi berikan warning sampai Kamis pagi. Cara ini berhasil dan Bripka Iwan Sarjana yang sebelumnya disandera akhirnya dilepaskan pada pukul 00.00 WIB. "Jadi sepanjang malam warning disampaikan, alhamdulillah 1 sandera polisi ini Bripka Iwan Sarjana, jam 12 malam dilepas oleh mereka. Esok paginya mereka menyerahkan diri.</p><p>Kapolri sebelumnya memenuhi undangan Raja Yordania, King Abdullah II, sebagai pembicara dalam sebuah acara resmi di sana. Tito baru bisa berangkat kembali ke Indonesia pada Rabu (9/5/2018) siang dan tiba Kamis sore.</p><p>"Selasa malam saya dapat informasi, saya segera melakukan koordinasi dengan Ka-Densus 88 Pak Syafii, Komandan Brimob, dan Wandan Brimob yang berada di lokasi. Wakapolri saya minta pimpin langsung didampingi Kapolda Metro Jaya, Kabareskrim dan lain lain."</p>

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif