News
Kamis, 31 Mei 2018 - 18:00 WIB

400 Wanita Rohingya Minta Keadilan ke PBB

Redaksi Solopos.com  /  Septina Arifiani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p lang="zxx"><strong>Solopos.com, SOLO &ndash; </strong>Pengungsi Rohingya yang hidup dalam kesulitan membuat petisi yang diajukan ke Mahkamah Internasional, Rabu (30/5/2018). Petisi berisi desakan untuk menyelesaikan krisis Rohingya itu dibubuhi sekitar 400 cap jempol. Mayoritas pengungsi yang memberikan cap jempol di lampiran petisi tersebut adalah wanita buta aksara.</p><p lang="zxx">Petisi itu berisi desakan terhadap Mahmakah Pidana Internasional di Den Haag, Belanda, untuk melanjutkan penyelidikan terkait kasus genosida yang dilakukan tentara Myanmar terhadap warga Rohingya di Rakhine. Pengungsi <a href="http://news.solopos.com/read/20180524/497/917995/militan-rohingya-bantai-warga-hindu-di-myanmar">Rohingya</a> yang kebanyakan tinggal di Cox’s Bazar, Kutupalong, Bangladesh, tak sanggup lagi merasakan penderitaan yang berlarut-larut.</p><p lang="zxx">"Kami merasa sangat ketakutan dan sedih. Kami tidak sanggup lagi menanggung beban penderitaan ini. Kami kehilangan rumah dan keluarga. Hidup kami menjadi hampa. Kami mencari keadilan lewat Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Mahkamah Pidana Internasional," demikian isi dari petisi tersebut seperti dikabarkan <em>New York Post, </em>Kamis (31/5/2018).</p><p lang="zxx">Seperti diketahui, sampai saat ini warga <a href="http://news.solopos.com/read/20180522/497/917752/kunjungi-pengungsi-rohingya-priyanka-chopra-masa-depan-anak-anak-dipertaruhkan">Rohingya</a> masih bertahan di pengungsian terbesar di Bangladesh. Mereka hidup dari sumbangan yang diberikan warga dunia lewat pemerintah Bangladesh. Namun, semua sumbangan itu tak cukup untuk menopang kehidupan para pengungsi.</p><p lang="zxx">Pemerintah <a href="http://news.solopos.com/read/20180411/497/909765/bunuh-10-warga-rohingya-7-tentara-myanmar-dibui-10-tahun-">Myanmar</a> dan Bangladesh telah bersepakat memulangkan pengungsi Rohingya. Namun, sampai saat ini proses repatriasi pengungsi Rohingya tak kunjung dilakukan. Pemerintah Myanmar menunda karena masih banyak fasilitas yang belum siap. Sementara pengungsi Rohingya takut kembali karena masih trauma dengan kekejaman militer Myanmar.</p><p lang="zxx">&nbsp;</p>

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif