News
Jumat, 1 Juni 2012 - 13:08 WIB

29 Dari 35 Putra-Putri PB XII Nyatakan Dukung Dwitunggal

Redaksi Solopos.com  /  Mulyanto Utomo  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

dokumentasi

Advertisement

JAKARTA — Para kerabat Keraton Solo berkumpul di Jakarta untuk mendukung proses rekonsiliasi pasangan Paku Buwono XIII Hangabehi dan KGPH-Panembahan Agung Tedjowulan, Kamis (31/5/2012).

Sebanyak 29 dari 35 putra-putri almarhum Paku Buwono XII berkumpul dan menyatakan sikapnya secara resmi untuk mendukung dwitunggal kepemimpinan Raja Hangabehi dan wakilnya KGPH Panembahan Agung Tedjowulan.

Mereka sebelumnya melakukan pertemuan dahulu bersama Hangabehi dan Tedjowulan.
Para bangsawan Solo itu berasal dari Solo, Jakarta, Bandung, Cilacap dan beberap daerah lain.
Mereka berkumpul di sebuah rumah makan di kawasan Senayan, Jakarta.

Advertisement

“Kami sebagai putra-putri alamrhum Paku Buwono XII ingin menyampaikan pernyataan dan dukungan penuh kepada pemerintah atas semua pihak yang telah membantu menyatukan dua raja di Keraton Surakarta Hadiningrat,” kata GPH Suryo Wicaksono, salah satu putra PB XII yang menjadi juru bicara.

Beberapa kerabat yang hadir dalam pertemuan itu di antaranya, KGPH Dipo Kusumo, GKR Widoretno, GRAY Kus Triniyah, dan Gray Kus Ismaniyah.
Suryo Wicaksono mengatakan pertemuan ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa keluarga besar dan kerabat Keraton menginginkan perdamaian atas konflik berkepanjangan yang sudah berlangsung selama 8 tahun.

Dia menambahkan putra-putri PB XII juga berterimakasih kepada Wali Kota Solo Joko Widodo, Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyi, dan Ketua DPR Marzuki Alie yang sudah membantu proses rekonsiliasi penyatuan dua raja. Dia berharap dwitunggal kepemimpinan Raja Kesultanan Solo ini diharapkan dapat mengembalikan kepercayaan masyarakat dan mampu melestarikan nilai-nilai luhur sosial dan budaya Keraton Surakarta.

Advertisement

Dipo Kusumo menambahkan langkah selanjutnya setelah pertemuan ini diharapkan terjadi perdamian abadi di Keraton.
“Kalau ada pihak lain belum sependapat akan dilanjutkan komunikasi di Keraton Surakarta,” katanya.

Nina Akbar Tandjung yang juga kerabat Keraton mengatakan permasalahan Keraton Surakarta bukan hanya dirasakan dua pihak kaka adik yang berseteru saja, tetapi seluruh kerabat dan keluarga besar.

Konflik di Keraton Solo terjadi pada 2004 sejak PB XII mangkat pada tanggal 11 Juni 2004. Kepergian raja sebelumnya yang tak punya permaisuri dan tanpa menunjuk putra mahkota memicu perebutan tahta yang berlangsung sengit selama 8 tahun. Keraton Solo memiliki matahari kembar, dua raja: Hangabehi dan Tedjowulan.

Namun, dualisme raja ini berakhir setelah melalui proses rekonsiliasi pada Jumat 25 Mei 2012. Tedjowulan akhirnya mengalah dan rela menjadi Mahapatih atau wakil raja. Namun proses rekonsiliasi ini belum mulus karena masih ada beberapa kerabat Keraton yang menolak. Mereka menentang rekonsiliasi itu dan tak ikhlas Tedjowulan pulang ke istana.
Pertemuan putra-putri PB XII ini diharapkan dapat meredam kerabat lain yang masih menolak proses rekonsiliasi.A.Dadan Muhanda/JIBI/BISNIS

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif