News
Kamis, 7 September 2023 - 16:00 WIB

19 Tahun Menanti Pengusutan Konspirasi Kasus Pembunuhan Munir Said Thalib

Mariyana Ricky P.D  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo menyalakan lilin dan membawa poster bergambar wajah Munir saat aksi di Boulevard UNS Solo, Selasa (7/9/2021 malam. (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, JAKARTA — Komite Aksi Solidaritas untuk Munir (KASUM) menuntut pengusutan kasus pembunuhan aktivis hak asasi manusia (HAM) Munir Said Thalib yang meninggal tepat 19 tahun lalu pada hari ini 7 September 2004.

Dalam rilis yang diterima Solopos.com, dalam penerbangan Jakarta – Amsterdam di atas pesawat Garuda Munir Said Thalib meregang nyawa karena dibunuh menggunakan racun senyawa arsenik. 

Advertisement

Belasan tahun kasusnya bergulir tanpa menemui titik terang, aktor intelektual nya masih belum tersentuh proses hukum. 

Tanggal terbunuhnya Munir memang telah ditetapkan sebagai hari Perlindungan Pembela Hak Asasi Manusia, namun upaya membongkar dan menyeret aktor intelektualnya ke pengadilan harus tetap dilakukan. 

Advertisement

Tanggal terbunuhnya Munir memang telah ditetapkan sebagai hari Perlindungan Pembela Hak Asasi Manusia, namun upaya membongkar dan menyeret aktor intelektualnya ke pengadilan harus tetap dilakukan. 

“Kami, masyarakat sipil yang tergabung dalam KASUM mendesak Negara segera menuntaskan kasus ini. Bagi kami, kasus kematian Munir masih menyisakan tanda tanya,” tulis rilis tersebut.

Rilis itu kemudian menulis, pembentukan Tim Pencari Fakta Kasus Meninggalnya Munir pada 2004 melalui Keppres 111/2004 oleh pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi langkah penting dalam upaya pengungkapan kasus Munir. 

Advertisement

Komisi Informasi Publik (KIP) Pusat pada Oktober 2016 telah memutus bahwa Pemerintah Indonesia harus segera mengumumkan TPF Munir. 

Sehari berselang pasca putusan KIP, Joko Widodo sempat memerintahkan Jaksa Agung untuk mencari dokumen TPF tersebut.  

“Terdapat sejumlah nama–selain Pollycarpus yang pernah diadili–dalam laporan tersebut, tapi nampaknya rezim pemerintahan dari SBY hingga Joko Widodo terlihat enggan mengumumkan hasil TPF tersebut,” beber rilis itu.

Advertisement

Hal tersebut, tulis KASUM, menjadi tanda tanya besar, siapa dan mengapa hingga 19 tahun berselang peristiwa pembunuhan tersebut nama-nama yang tercatat tidak pernah tuntut di peradilan.  

“Kami percaya bahwa kasus Munir bukan merupakan tindak pidana umum biasa yang yang berdiri sendiri. Diduga kuat pembunuhan Munir dilakukan secara sistematis karena melibatkan aktor negara seperti Badan Intelijen Negara (BIN) hingga Garuda Indonesia,” ungkap KASUM.

Kemudian, pada 7 September 2020, KASUM mengirimkan Legal Opinion (LO) atau Pendapat Hukum peristiwa pembunuhan Munir sebagai Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang Berat kepada Komnas HAM Republik Indonesia. 

Advertisement

Dalam dokumen tersebut, mereka menegaskan bahwa kasus Munir memenuhi unsur-unsur kejahatan kemanusiaan yang masuk dalam kategori pelanggaran HAM Berat sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.   

Bahwa sepanjang September 2022 – Agustus 2023 KASUM juga melakukan setidaknya 3 (tiga) kali audiensi dengan Komnas HAM. 

Dalam pertemuan dengan Komnas HAM, KASUM hendak meminta kejelasan informasi mengenai penanganan pembunuhan Munir seperti penetapan sebagai kasus Pelanggaran HAM Berat dan rekomendasi nama-nama Penyelidik eksternal. 

Komnas HAM menyampaikan bahwa di internalnya telah dibentuk Tim Ad Hoc Penyelidik Kasus Pelanggaran HAM Berat pembunuhan munir. Proses penyelidikan pun dijanjikan akan tuntas pada akhir tahun ini.   

KASUM menuding minimnya langkah serius yang dilakukan oleh negara dalam pengusutan kasus pembunuhan Munir tidak hanya menutupi upaya pencarian keadilan, pengungkapan kebenaran, dan kepastian hukum, tetapi berpotensi adanya keberulangan. 

“Jika negara tidak segera bertindak konkret, tentu ini akan berimplikasi terhadap gelapnya perlindungan atas kerja-kerja pembela HAM di masa mendatang,” ungkap KASUM.

Atas dasar itulah, Komite Aksi Solidaritas untuk Munir mendesak:  

Pertama, Presiden Republik Indonesia untuk segera membuka dokumen laporan TPF Munir kepada publik sebagaimana mandat yang tertuang dalam angka kesembilan Keppres 111/2004 tentang Pembentukan TPF Kasus Munir sebagai bentuk akuntabilitas dan transparansi pengungkapan kasus Munir;    

Kedua, Komnas HAM Menetapkan Kasus Pembunuhan Munir Sebagai kasus Pelanggaran HAM Berat serta memberikan informasi secara jelas dan terang terhadap proses penanganan kasus pembunuhan Munir kepada publik.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif