Solopos.com, SRAGEN–Kisah perajin sarung goyor di Dukuh Sendangrejo RT 010, Desa Musuk, Sambirejo, Sragen, yang menyuplai kain goyor ke pabrik untuk kemudian dipasarkan ke Timur Tengah menjadi berita terpopuler di laman Solopos.com, Selasa (23/1/2024) pagi.
Berita terpopuler itu mengulas kerajinan sarung goyor di Musuk, Sambirejo, Sragen, dipelopori Muhammad Nasir, 38, sejak tahun 2017-2018. Nasir, sapaannya, bekerja menenun benang di rumah bersama istrinya, Sri Lestari. Mereka memproduksi tenun goyor itu untuk disetorkan ke pabrik di Semanggi, Kota Solo, Solo.
Semula, Nasir yang asli dari Majalengka, Jawa Barat, belajar menenun goyor di Solo sejak 2008. Setelah cukup lama di sana, kemudian Nasir meminta izin untuk membuat tenun itu di rumah. Ia membawa dua unit ATBM untuk bekerja di rumah.
“Dulu saya kerja ini di Solo, terus saya pulang. Alasan saya bawa pulang, pengin, jika ada teman-teman atau tetangga mau belajar, bisa meningkatkan ekonomilah. Saya ajari mereka gitu. Alhamdulillah ada beberapa orang yang tertarik. Saya ajari. Sekarang sudah ada enam orang, yakni empat orang di Sendangrejo dan dua orang di wilayah perbatasan Sragen-Karanganyar,” jelasnya saat berbincang dengan wartawan, Sabtu (20/1/2024) lalu.
“Dulu saya kerja ini di Solo, terus saya pulang. Alasan saya bawa pulang, pengin, jika ada teman-teman atau tetangga mau belajar, bisa meningkatkan ekonomilah. Saya ajari mereka gitu. Alhamdulillah ada beberapa orang yang tertarik. Saya ajari. Sekarang sudah ada enam orang, yakni empat orang di Sendangrejo dan dua orang di wilayah perbatasan Sragen-Karanganyar,” jelasnya saat berbincang dengan wartawan, Sabtu (20/1/2024) lalu.
Proses pembuatan selembar kain goyor membutuhkan waktu cukup singkat bagi Nasir. Dalam sehari dia bisa menghasilkan selembar kain goyor berukuran 4 meter dan lebar 60 cm. Kain goyor yang diproduksi Nasir dan teman-temannya disetor ke Solo dan dipasarkan sampai ke Timur Tengah. Dia mengatakan pasar lokal juga ada dengan harga mulai Rp250.000-Rp600.000 per potong.
“Untuk pemintalan benang saya buat sendiri dengan memanfaatkan roda bekas sepeda. Untuk ATBM dari Solo. Permintaan pasar bulan-bulan ini cukup meningkat. Saya ditarget untuk membuat kain goyor minimal satu kodi atau 20 potong per pekan untuk empat perajin. Biasanya kalau target setiap pekan itu hanya lima potong,” jelasnya.
Simak 10 berita terpopuler Solopos.com 24 jam terakhir hingga Selasa (23/1/2024) pagi:
Sarung Goyor Bikinan Perajin Sambirejo Sragen Dipasarkan ke Timur Tengah
Budayawan Menemukan Indikasi Sragen Kuno Memiliki Aksara Khas Sendiri
Jasad Pria Membusuk Ditemukan di Kebun Gegerkan Warga Gondangrejo Karanganyar
Gibran Beberapa Kali Lakukan Pelanggaran saat Debat Cawapres, Ini Daftarnya
Ngumpul di Klaten, Pedagang Kuliner Daging Anjing Soloraya Tumpahkan Unek-unek
Tersedia 2,3 Juta Lowongan CASN, Usulan Kouta Pertimbangkan Kemampuan APBD Solo
Direncanakan Hadiri Kampanye Terbuka, Megawati Turun Gunung di Solo
Golongan Darah yang Disukai Nyamuk Apa Saja? Ini Penjelasannya
SBY Turun Gunung Sapa Ribuan Kader di Karanganyar, Dukung Prabowo-Gibran
Kemenangan 2-1 Tajikistan atas Lebanon Untungkan Timnas Indonesia