Rohmah Ermawati / Muh Khodiq Duhri / Rohmah Ermawati | SOLOPOS.com
Solopos.com, SOLO -- Berita tentang ribuan anggota Persaudaraan Setia Hati Terate atau PSHT Sragen Parluh 16 diimbau menanggalkan atribut, baik itu seragam atau bendera perguruan silat, saat pergi ke luar rumah menjadi kabar terpopuler di Solopos.com pada Kamis (1/10/2020) pagi.
Berita terpopuler berjudul 2 Anggota Dikeroyok, Warga PSHT Sragen Diminta Tanggalkan Atribut Saat Keluar Rumah itu membeberkan imbauan itu diutarakan setelah ada dua warga PSHT yang dikeroyok di Sragen.
Pjs & Plt Dipaksa Netral di Pilkada, Ini Ancaman Sanksi Mendagri Tito Karnavian
Penegasan itu disampaikan Ketua PSHT Sragen Parluh 16, Surtono. Langkah itu diambil pria 67 tahun itu menyikapi kasus penganiayaan terhadap dua anggotanya di Desa Pilangsari, Kecamatan Ngrampal, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Senin (28/9/2020) malam.
Surtono menjelaskan imbaun untuk menanggalkan atribut perguruan itu disampaikan kepada anggota melalui video broadcast. Kepada warga PSHT Parluh 16, Surtono meminta atribut perguruan untuk sementara hanya boleh dipakai saat acara penting atau latihan.
Solopos Hari Ini: Setop Gerudukan Tilik
Setelah itu, atribut itu harus ditanggalkan anggota PSHT saat bepergian keluar rumah baik itu pada siang atau malam hari.
"Pakailah atribut itu saat diperlukan atau saat ada acara penting atau saat latihan. Kalau keluar rumah, lebih-lebih pada malam hari, tidak usah pakai atribut. Kami khawatir pemakaian atribut itu bisa memancing masalah," ujar Surtono kepada Solopos.com, Rabu (30/9/2020).
Surtono mengakui motif di balik dua warga PSHT Sragen dikeroyok masih belum jelas motifnya. Dia menilai ada pihak yang berusaha membenturkan PSHT dengan ormas lain supaya konflik horizontal bisa pecah di Sragen.
"Selain tidak memakai atribut saat keluar rumah, saya juga meminta adik-adik saya untuk menghindari kerumunan. Jangan mengumpulkan banyak orang sesama anggota PSHT karena itu bisa memancing masalah. Lebih-lebih sekarang dalam situasi pandemi Covid-19," terang Surtono.
Hari Ini Dalam Sejarah: 1 Oktober 2005, Bali Diguncang Bom
Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Sragen, AKP Guruh Bagus Eddy Suryana, masih terus berusaha mengungkap kasus penganiayaan terhadap dua warga PSHT parluh 16 tersebut.
Selain ulasan tentang imbauan terhadap warga PSHT Sragen itu, berita lain terkait persebaran Covid-19 di Soloraya, Kantor Desa Karangasem Klaten dikontrakkan serta pembubaran hajatan di Sragen juga masuk daftar terpopuler di Solopos.com pagi ini.
Berikut 10 berita terpopuler di Solopos.com 24 jam terakhir hingga Kamis pagi ini:
2 Anggota Dikeroyok, Warga PSHT Sragen Diminta Tanggalkan Atribut Saat Keluar Rumah
Muncul Klaster Baru Persebaran Covid-19 di Karanganyar, Apa Itu?
Kabar Buruk! 4 Pasien Positif Covid-19 Meninggal Dunia dalam Sehari di Wonogiri
Kantor Desa Karangasem Klaten Dikontrakkan, Harganya Murah Banget
Heboh 2 Hajatan di Sukodono Sragen Dibubarkan, Begini Penjelasan Polisi
Nahas, Tukang Servis Pompa Air Meninggal Akibat Tersetrum di Sukoharjo
Dulu Menyeramkan, Kini Omah Lowo di Solo Bak Bangunan Megah Eropa
Api Lalap Gudang Kayu di Cemani Sukoharjo, Begini Penampakannya
10 Berita Terpopuler : Deretan Artis Ini Juga Jadi PNS
Warning untuk Wonogiri, Tingkat Tes Covid-19 Kok Cuma 7 Persen?