Soloraya
Kamis, 25 April 2024 - 14:33 WIB

Angka Kasus TBC pada Anak di Wonogiri Tinggi, Pemkab Beri Perhatian Khusus

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Para tenaga kesehatan mengikuti seminar Deteksi Dini dan Terapi Pencegahan TBC pada Anak di Kantor Dinkes Wonogiri, Selasa (23/4/2024). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Penanganan kasus tuberkulosis atau TBC pada anak mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri mengingat masih tingginya angka temuan TBC anak di Wonogiri.

Sepanjang 2023, tercatat ada 553 kasus TBC pada anak atau 38% dari total kasus TBC di Wonogiri. Kepala Bidang Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Wonogiri, Satyawati, mengatakan jumlah temuan kasus TBC di Wonogiri pada 2023 mencapai 1.436 kasus.

Advertisement

Dari jumlah itu sebanyak 553 kasus atau 38% dialami anak-anak. Menurut dia, proporsi kasus TBC pada anak terhadap keseluruhan kasus di Wonogiri termasuk tinggi. Bahkan jumlah kasus itu tertinggi kedua di Jawa Tengah setelah Banyumas.

Semestinya proporsi kasus TBC pada anak hanya 10%-15% dari seluruh jumlah kasus di suatu daerah. Kondisi ini menjadi perhatian khusus bagi Dinas Kesehatan (Dinkes) Wonogiri. Apalagi anak-anak yang terkena TBC cukup rentan mengalami stunting.

Advertisement

Semestinya proporsi kasus TBC pada anak hanya 10%-15% dari seluruh jumlah kasus di suatu daerah. Kondisi ini menjadi perhatian khusus bagi Dinas Kesehatan (Dinkes) Wonogiri. Apalagi anak-anak yang terkena TBC cukup rentan mengalami stunting.

Ada sejumlah pekerjaan rumah yang harus dilakukan agar kasus TBC anak di Wonogiri ini menurun. Evaluasi penanganan TBC pada anak perlu dilakukan. Misalnya, apakah ada ada kesalahan diagnosis, pemberian terapi TBC yang kurang tepat, atau tindakan pencegahan yang kurang optimal.

Dia menyebutkan capaian temuan kasus TBC di Wonogiri pada 2023 sudah mencapai 112% dari target 90%. Melihat capaian itu dan temuan kasus TBC anak, seharusnya kasus TBC pada dewasa lebih banyak. Sebab idealnya kasus TBC anak tidak sampai lebih dari 15% dari total temuan kasus.

Advertisement

Lebih Berisiko Sebabkan Kematian

Mereka mendapatkan materi dari Dokter Spesialis Anak, Moh Syarofil Anam, yang juga Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (Undip) Semarang. Kegiatan itu juga sekaligus sebagai bahan evaluasi.

”Makanya kami ingin tahu sebenarnya angka sebesar itu apakah memang kondisi riil atau bagaimana. Data itu diambil dari SITB [sistem informasi TBC]. Sumber data itu berdasarkan laporan pemberian obat anti-TBC. Jadi misalnya ada anak diagnosis TBC-nya belum pasti, tetapi dokter sudah memberikan obat terapi, data itu akan masuk ke SITB,” ujar Satyawati kepada Solopos.com, Kamis (25/4/2024).

Dokter Spesialis Anak, Moh Syarofil Anam, menjelaskan TBC pada anak lebih berisiko menyebabkan kematian dibandingkan pada orang dewasa. TBC anak juga sangat rentan menyebar ke organ tubuh lain. Di sisi lain, TBC menjadi salah satu faktor penyebab anak mengalami stunting.

Advertisement

Menurut dia, berdasarkan penelitian di Semarang, sebanyak 40% anak yang stunting tuberkulinnya positif atau reaktif. Dari jumlah itu, 20% di antaranya positif TBC. Penyakit ini bisa menghambat tumbuh kembang anak.

”Diagnosis TBC ini memang tidak mudah, apalagi bagi anak. Anak susah diambil dahaknya untuk diuji, ini yang menjadi salah satu kendala. Sekali anak kena TBC, potensi untuk menjadi TBC berat itu tinggi,” kata Anam.

Dia menyampaikan ada tiga langkah untuk menegakkan diagnosis TBC jika pemeriksaan tes cepat molekuler (TCM) kuman TBC belum optimal. Langkah itu yakni mencari kontak bukti infeksi atau penularan, mengetahui gejala klinis yang khas, dan rontgen spesifik TBC. Jika tiga hal itu terpenuhi, bisa dipastikan anak tersebut positif TBC.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif