Jateng
Jumat, 29 Maret 2024 - 20:52 WIB

Menjamurnya Kedai Kopi, Berkah bagi Perajin Gula Aren di Banyubiru Semarang

Redaksi Solopos.com  /  Mariyana Ricky P.D  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Eko Kadarsih saat membuat gula aren di rumahnya Dusun Kemambang, Desa Kemambang, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Jumat (29/3/2024). (Solopos.com/Hawin Alaina)

Solopos.com, UNGARAN – Menjamurnya kedai kopi di berbagai kota belakang ini, tak hanya menjadi sistem penggerak ekonomi di sektor hilir saja, tapi hulu juga.

Salah satunya adalah perajin gula aren yang ikut naik daun dengan semakin banyaknya kedai kopi. Sebab menu kopi gula aren saat ini menjadi salah satu favorit kalangan anak muda.

Advertisement

Hal itu jugalah yang mendongkrak dan kembali membawa harapan baru bagi para perajin gula aren yang berada di Dusun Kemambang, Desa Kemambang, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah (Jateng).

Seperti yang dirasakan Eko Kadarsih, warga RT 1/RW 1 Gang Gula Aren, Dusun Kemambang, Desa Kemambang ini mengaku usahanya kembali bersinar seiring menjamurnya kedai kopi. Utamanya adanya permintaan pesanan gula aren dalam bentuk cair.

“Sejak banyak kedai kopi, mulai membuat gula aren yang cair. Tapi sistemnya masih pesanan, karena belum ada pengepul atau distributor yang pesan ke sini,” ujarnya, Jumat (29/3/2024).

Advertisement

Diakuinya, membuat gula aren cair lebih menguntungkan. Untuk kemasan 250 mililiter, dijual seharga Rp12.500.

Hal itu, kata Eko, lebih menguntungkan karena proses pembuatannya lebih cepat dibanding gula aren yang biasa.

Sehingga bisa menghemat bahan bakar dan tenaga. Sebab gula arena cair yang sudah matang hanya perlu dikemas dalam botol saja sesuai ukuran.

“Gula aren cair kita kemas dengan botol, karena memang untuk campuran minuman. Itu daya tahannya sampai satu bulan karena murni aren, tidak pakai campuran sama sekali. Kalau pemesan kebanyakan dari Kabupaten-Kota Semarang dan Salatiga. Masih di sekitaran sini,” ungkapnya.

Advertisement

Eko merupakan pembuat gula aren tradisional. Dia bertugas memasak nira, serta mengolahnya menjadi gula aren.

Sementara suaminya, Jumanto, menderes nira sehari dua kali, pagi dan sore. Mereka telah menjalani pekerjaan tersebut kurang lebih selama 15 tahun, pekerjaan turunan dari orang tua.

“Di Kemambang ini banyak yang bekerja jadi pembuat gula aren. Di RT saya saja ada lima orang, tapi yang membuat gula aren cair cuma saya,” kata Eko.

Meski mengaku gula aren cair buatannya banyak diminati, namun Eko tetap menjadikan gula aren biasa menjadi produk utama. Sebabnya, sudah ada langganan yang setiap hari mengambil ke rumahnya.

Advertisement

“Kalau produksi banyak, setiap hari kisaran 10 sampai 12 kilogram. Tapi kalau niranya sedikit, minim tiga kilogram,” ungkapnya.

Harga gula aren saat ini Rp 0.000 per kilogram. Iapun tak kesulitan mencari pembeli, karena berapapun produksinya, pasti diambil pembeli. Sebab memang banyak yang membutuhkan untuk masak dan keperluan lain.

Proses Pembuatan Tak Singkat

Menurut Eko, proses pembuatan gula aren cukup lama. Setelah nira dideres oleh suaminya, selanjutnya dimasak dengan bahan bakar kayu selama kurang lebih enam jam.

Advertisement

Kemudian setelah mengental seperti caramel, diangkat dan diaduk, selanjutnya dicetak dengan ukuran satu kilogram hingga mengeras. “Kalau yang cair ya hanya butuh waktu setengahnya saja, lalu dikemas,” ungkapnya.

Produksi gula aren tergantung banyaknya nira yang berhasil dideres. “Kalau pas banyak itu bisa sampai 10 liter pada deresan pagi, tapi kalau sore hanya setengahnya karena waktu deres tak terlalu lama,” kata dia.

Soal bahan baku, Eko menegaskan tidak ada masalah karena masih banyak pohon aren di Kemambang. “Tapi kalau di saat tertentu, saat pesanan banyak ya kesulitan. Kalau begitu, saya minta tolong ke tetangga untuk ikut menyuplai,” ujarnya.

Eko mengungkapkan, sebagai pembuat gula aren tradisional, masalah utama yang dihadapinya adalah soal promosi.

“Karena keterbatasan, promosinya kurang maksimal. Dari Pemerintah Desa Kemambang sudah mendukung dengan selalu mengikutsertakan kalau ada pameran agar gula aren Kemambang semakin dikenal,” ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Desa Kemambang Heru Susanto mengungkapkan saat ini jumlah pembuat gula aren cenderung berkurang.

Advertisement

“Tapi memang gula aren Kemambang ini menjadi khas di wilayah kami, sehingga diupayakan terus bertahan karena juga mata pencaharian masyarakat,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif